4 Januari 2009

Untuk Apa Blog Ini?

Saya sudah lebih dari 25 tahun berkarir sebagai "pegawai", salary man istilah kerennya. Kebanyakan karir saya berada di dunia media, mulai dari cetak, radio sampai televisi. Kalau dari sisi pangkat ya tentu mulai dari jabatan yang paling rendah, reporter sampai akhirnya menjadi direktur. Jabatan direktur pertama saya raih ketika saya berusia 37 tahun. Sampai saat ini saya sudah 10 tahun menjabat direktur di tiga perusahaan yang berbeda. Dari jumlah perusahaan, saya sudah pernah bekerja di 7 perusahaan. Cukup banyak untuk untuk ukuran kebanyakan orang.

Saya sempat juga berkarir di pemerintahan, tidak tanggung-tanggung langsung menclok sebagai pejabat eselon satu di sebuah kementrian pada zaman pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid. Meski hanya sebentar, tak sampai setahun, namun pengalaman bekerja di dunia pemerintahan merupakan pengalaman yang luar biasa bagi orang dibesarkan di dunia swasta seperti saya.

Pengalaman lain saya adalah menjadi pejabat Humas di organisasi olahraga bulu tangkis PBSI. Selain itu saya juga aktif menjadi dosen di Universitas Indonesia sejak tahun 1997, mengajar program D3, S1 dan S2 bidang komunikasi.

Selain bekerja di dalam negeri, saya juga pernah menjadi TKI. Di Inggris saya bekerja selama empat setengah tahun di BBC World Service di London. Sekarang ini saya bekerja di Kuala Lumpur, di Astro Malaysia. Jadi cukup beragamlah perjalanan kepegawaian saya.

Nah pengalaman bekerja sebagai pegawai selama ini lah yang saya pikir akan bisa bermanfaat bagi Anda sekalian yang sekarang ini masih kuliah atau yang baru saja menapak karir. Saya akan berbagi pengalaman, tips dan masukan bagi Anda sehingga mudah-mudahan karir Anda akan semakin moncer.

Saya akan mengisi blog ini perlahan tapi pasti. Mohon maaf saya hanya bisa mengelola blog ini secara paruh waktu, terutama saat akhir pekan karena saya masih bekerja secara penuh waktu saat ini.

Silakan memberi masukan atau pertanyaan seputar karir ke sini Insya Allah saya akan menjawabnnya.

6 komentar:

  1. Assalamualaikum Wr. Wb.

    Perkenalkan, saya Ahmad Buseri, nama panggilan abe. Saya kenal dengan pak Riza ketika saya mengikuti dan menjadi salah satu dari enam terbaik acara Realty Show Komando Enam yang bapak naungi.
    Subhanallah ketika saya baca blog bapak, sarat makna dan inspirasional, terlebih untuk blog karir ini.
    Sebagai Mahasiswa Cumlaude Freshgraduate Sastra Jerman Univ. Padjadjaran Bandung yang mulai menggemari dunia broadcasting saya tertarik sekali untuk berbagi pengalaman dan bertanya kepada bapak.
    Sehari yang lalu saya mengikuti proses rekrutmen salah satu Tv swasta di Jakarta. Saya berniat dan sangat tertarik untuk menjadi news reporter atau news presenter. semua proses seleksi dari mulai pengisian data diri, test IQ dan Psikotes hingga wawancara sudah saya lalui dan alhamdulilah belum menemukan kendala yang berarti.
    Namun pada saat wawancara dengan pihak HRD dan User saya merasa sedikit kecewa karena posisi yang semula saya impikan digantikan dengan posisi lain yaitu sebagai PA [Production Assistant], hilang sudah harapan saya saat itu, kekecewaan saya bertambah ketika saya tahu bahwa semua yang mengisi jabatan PA rata-rata lulusan D3. Hal ini sebenarnya saya sadari sejak awal, semua ini terjadi karena memang kekurangan diri saya, kekurangan saya adalah tidak mampu mengucapkan huruf R dengan jelas alias cedal. Namun jujur setelah saya masuk jurusan sastra Jerman, kekurangan saya tersebut malah berubah jadi kebanggaan.
    Yang ingin saya tanyakan adalah, apakah harus seorang Interviewer [User] menghina dan menyebutkan dengan jelas bahwa saya tidak pantas menjadi seorang reporter apalagi presenter, jujur saya tersinggung, walaupun saya buta pengalaman kerja di bidang broadcasting dan memang mungkin saya tidak layak untuk posisi itu saya tetap tidak terima jika ada seseorang yang menghina saya secara fisik.
    kemudian satu hal yang ingin saya tanyakan juga, apakah dalam dunia pertelevisian masih berlaku adanya nepotisme? peran 'orang dalam' masih dapat saya lihat dengan jelas pada waktu proses rekrutmen pegawai baru di Tv tersebut. Kasusnya seperti ini, ada salah satu pelamar yang memiliki saudara yang menjadi produser berita di Tv tersebut, saya medengar dari si pelamar tersebut, walaupun dia belum memiliki pengalaman dalam dunia broadcsting sedikitpun [karena backgrounnya Hukum] namun dia sejak awal sudah diarahkan dan diberi petunjuk unttuk menjadi seorang repoter dan presenter yang handal. jelas dalam hal ini saya merasa diperlakukan tidak adil.
    demikian curahan hati saya,
    mohon maaf jika ada perkataan yang salah
    jawaban dan saran dari bapak sangat berarti bagi saya. terima kasih.

    Assalamualaikum Wr. Wb

    BalasHapus
  2. Mungkin pertanyaan yang lebih umum adalah bagaimana kita bersikap jika pekerjaan yang ditawarkan tidak sesuai dengan tawaran awal atau keinginan kita?

    Nah semuanya berpulang kepada kita sendiri, apakah kita berniat bekerja di perusahaan itu, apapun pekerjaannya, atau memang kita ingin pekerjaan/jabatan yang ditawarkan?

    Nah, kalau kita adalah fresh graduate, sebaiknya terima saja tawaran perusahaan itu meskipun tidak sesuai dengan apa yang ditawarkan semula. Sepanjang sesuai dengan tingkat pendidikan tak ada salahnya diterima. Bisa jadi ternyata pekerjaan yang ditawarka sesuai dengan minat kita.

    Kalau pun nantinya tak sesuai ya tinggal mencari pekerjaan baru yang sesuai.

    Ingat mencari pekerjaan saat kita memiliki pekerjaan lebih mudah daripada saat kita mencari pekerjaan ketika kita menganggur.

    Semoga Abe sukses.

    BalasHapus
  3. wah...di tunggu pengalaman dan tips2nya P Riza sebagai sallary man? hehe

    walo saya g mau terus2an jadi sallary man ketika saya punya pekerjaan kelak.

    Dari beberapa tulisan di blog ini saya kolaborasi simpul antara ngotot, kreatif dan berbeda, plus attitude P Riza. hasilnya.... kl kata Bondan Winarno "Mak Nyusss"

    Thanks P Riza
    Salam sukses

    BalasHapus
  4. Salam K6 hehehehe, memang idealnya kita bisa menciptakan lapagan kerja untuk diri kita sendiri alias menjadi wirausahawan. Tetapi dalam kenyataannya tak banyak orang yang diberkati dengan bakat serta keterampilan sebagai wirausahawan.

    Kalau memang betul di negeri kita banyak yang berbakat dan mengaplikasikan bakatnya tentu tak banyak orang yang berbondong-bondong datang ke job fairs atau menghujani perusahaan dengan surat lamaran.

    Namun jangan dikira jadi salaryman juga mudah. Harus ada kiat-kiat tertentu yang harus diterapkan sehingga sukses meniti karir.

    Ivan, semoga anda sukses ya.

    BalasHapus
  5. Amin....
    thanks P Riza :)

    BalasHapus
  6. Tidak sengaja saya temukan blog Mas Riza ini. Mungkin mas sudah lupa, saya editor di majalah National Geographic Indonesia, yang sempat menjadi tamu dalam acara bincang-bincang mas Riza di Astro, bersama Ibu Nelly dari Kemen LH, beberapa tahun lalu.

    Izinkan saya menyimak ya mas.

    Salam,
    Firman Firdaus

    BalasHapus